Tapi diluar masalah-masalah tersebut, Bse ini sebetulnya tidak terlalu jeleksekali. Walaupun ada masalah-masalah kelihatannya sulit untuk mengunduh ataupun komputer/internet yang tidak tersedia memang bukanlah tanggung jawab diknas setuhnya. Kesalahan diknas adalah tidak memikirkan alternatif jika sekolah tidak memiliki fasilitas untuk memanfaatkan BSE tersebut. Ini mungkin karena perencana proyek adalah orang yang tidak pernah turun kelapangan :) sehingga tidak dapat merasakan sendiri bagaimana sulitnya jika berada di sebuah wilayah yang disitu terdapat sekolah yang tidak mempunyai listrik.
Tapi, kebenarannya warnet-warnet (paling tidak para anggota AWARI) bisa menyaksikan kekurangan-kekurangan proyek ini sebagai peluang. Beberapa teman-teman di Awari melakukan inisiatif mengunduh buku-buku elektronik yang tersedia di server BSE (dan mirrornya) untuk kemudian di paket didalam sebuah CD dan dijual kepada mereka yang membutuhkan. Menurut pernyataan salah seorang dari anggota dia menjual dengan harga Rp 5000/CD sebuah harga yang murah dan terjangkau kuwalitasnya.
Pasti hal tersebut hanya mungkin jika seorang pelajar atau guru sudah memiliki PC/Notebook untuk menggunakan buku-buku elektronik. Bagaimana jika tidak ada? Nah, saya kira teman-teman di Warnet sudah musti memikirkan untuk memproduksi buku-buku tersebut dalam bentuk barang cetakan/print out, toh Depdiknas sejak awal memang membebaskan buku-buku tersebut untuk di unduh, digandakan dan dicetak selama tidak menyalahi ketentuan yang tertera sewaktu kita mengunduh file BSE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar